🏒 Interaksi Sosial Dalam Pendidikan
Liputan6com, Jakarta Faktor penyebab perubahan sosial terjadi dalam kehidupan manusia. Setiap kehidupan manusia akan mengalami perubahan. Perubahan sosial dapat didefinisikan sebagai cara di mana interaksi, hubungan, pola perilaku, dan norma budaya berubah seiring waktu. Faktor penyebab perubahan sosial memengaruhi hubungan sosial antar0% found this document useful 0 votes2K views22 pagesCopyright© Attribution Non-Commercial BY-NCAvailable FormatsDOCX, PDF, TXT or read online from ScribdShare this documentDid you find this document useful?0% found this document useful 0 votes2K views22 pagesMakalah Interaksi Pendidikan Dan SosialJump to Page You are on page 1of 22 You're Reading a Free Preview Pages 6 to 11 are not shown in this preview. You're Reading a Free Preview Pages 15 to 20 are not shown in this preview. Reward Your CuriosityEverything you want to Anywhere. Any Commitment. Cancel anytime.
ALPEN Jurnal Pendidikan Dasar Volume 1, No. 1, Januari-Juni 2017 pISSN 2580-6890 eISSN 2580-9075 10 MEMBANGUN MODAL SOSIAL dasar dilaksanakannya kegiatan di dalam masyarakat. Interaksi sosial tersebut menyebabkan masyarakat dapat mengatasi permasalahan bersama-sama secara aktif. Kegiatan yang dilakukan
Ilustrasi Syarat Interaksi Sosial. Sumber PixabaySyarat interaksi sosial adalah salah satu hal yang tidak akan terlepas dari kehidupan manusia sebagai makhluk sosial. Setiap harinya, manusia selalu membutuhkan interaksi sosial untuk menjalin hubungan satu sama begitu, tanpa disadari sebenarnya keberlangsungan sebuah interaksi sosial tidak terlepas dari sejumlah syarat. Tidak hanya itu, interaksi sosial juga sebenarnya terjadi berdasarkan sejumlah faktor. Syarat Interaksi Sosial Ilustrasi Syarat Interaksi Sosial. Sumber PixabayDikutip dari buku Ilmu Pengetahuan Sosial Sosiologi untuk SMP dan MTs Kelas VII karya Tim Mitra Guru 200735, interaksi sosial merupakan hubungan-hubungan sosial yang dinamis yang menyangkut hubungan antara orang perorangan, antara kelompok-kelompok manusia, maupun antara perorangan dengan kelompok manusia. Apabila dua orang bertemu, interaksi sosial dimulai pada saat sendiri merupakan proses timbal balik, di mana suatu kelompok dipengaruhi oleh tingkah laku reaktif pihak lain. Dengan kata lain, dalam interaksi sosial seseorang akan mempengaruhi tingkah laku orang Mitra Guru 200736-38 juga menjelaskan bahwa suatu interaksi sosial tidak akan terjadi jika tidak memenuhi dua syarat. Berikut Kontak SosialMerupakan hubungan antara satu orang atau lebih dengan orang lain melalui komunikasi tentang maksud dan tujuan masing-masing dalam kehidupan masyarakat. Kontak sosial dapat terjadi secara langsung maupun tidak interaksi sosial ini dapat terjadi dalam tiga bentuk. Di antaranya antarindividu, antara individu dan kelompok manusia atau sebaliknya, dan antara suatu kelompok manusia dan kelompok manusia KomunikasiMerupakan proses penyampaian pesan dari satu pihak kepada pihak lain sehingga terjadi pengertian bersama. Hal terpenting dari komunikasi adalah bahwa seseorang memberikan tafsiran pada perilaku orang lain, bisa dalam wujud pembicaraan, sikap, atau perasaan-perasaan yang ingin disampaikan oleh orang Terjadinya Interaksi SosialAdapun suatu proses interaksi sosial terjadi berdasarkan beberapa faktor. Dikutip dari buku Ilmu Pengetahuan Sosial untuk Kelas VII Sekolah Menengah Pertama oleh Ruhimat dkk. 200450-52, berikut penjelasan faktor interaksi ImitasiMerupakan proses menirukan tindakan, nilai, norma, atau ilmu pengetahuan orang lain atau kelompok. Faktor imitasi dapat mendorong seseorang atau kelompok untuk mematuhi norma SugestiMerupakan faktor sosial yang berlangsung jika seseorang menerima suatu pandangan atau sikap yang berasal dari dirinya, atau sikap orang lain dan diterima oleh orang lain. Sugesti berlangsung karena pihak penerima dalam keadaan tidak stabil emosinya sehingga mengganggu pikiran IdentifikasiMerupakan kecenderungan dan keinginan seseorang untuk menjadi sama dengan orang lain. Proses ini dapat berlangsung dengan sendirinya maupun SimpatiMerupakan suatu proses seseorang merasa tertarik pada orang lain. Biasanya simpati bersikap subjektif dan lebih mengandalkan penjelasan mengenai syarat interaksi sosial dalam proses sosial beserta faktor-faktornya. Semoga ulasan ini dapat menambah wawasan seputar interaksi sosial yang sebenarnya selalu terjadi dalam kehidupan sehari-hari. YAS interaksisosial Sosiologi Olahraga; penerapan bidang sosiologi dalam ilmu olahraga mengenai struktur, tingkatan, proses maupun perubahan sosial dalam masyarakat. Tujuan sosiologi olahraga adalah sebagai sarana untuk mengawasi bidang olahraga dalam hubungannya dengan struktur internal dan memposisikan di dalam masyarakat (struktur eksternal).KITA HEBAT – Interaksi sosial dalam pendidikan mengacu pada hubungan dan interaksi yang terjadi antara individu dalam konteks sosial memainkan peran penting dalam proses pembelajaran, pengembangan pribadi, dan sosialisasi dalam lingkungan adalah beberapa aspek penting dari konsep interaksi sosial dalam sosial dalam pendidikan memiliki aspek penting, diantaranya adalah sebagai berikut Kolaborasi dan kerjasamaInteraksi sosial dalam pendidikan mendorong kolaborasi dan kerjasama antara siswa. Melalui kerja kelompok, proyek bersama, diskusi, dan kegiatan kooperatif lainnya, siswa belajar untuk bekerja bersama, berbagi ide, dan saling mempromosikan pembelajaran timbal balik, kreativitas, dan kemampuan untuk bekerja dalam sosial memfasilitasi komunikasi yang efektif antara siswa dan yang baik adalah kunci dalam memahami instruksi, bertukar gagasan, dan mengatasi perbedaan interaksi sosial, siswa belajar untuk mendengarkan, berbicara, menulis, dan berkomunikasi dengan baik, keterampilan ini penting dalam pendidikan dan kehidupan identitas sosialInteraksi sosial di lingkungan pendidikan membantu siswa dalam membentuk identitas sosial interaksi dengan rekan sebaya, guru, dan staf sekolah, siswa belajar tentang norma sosial, nilai-nilai, dan peran dalam sosial membantu siswa dalam memahami diri mereka sebagai individu yang terhubung dengan orang lain dan memperluas pemahaman mereka tentang dunia di sekitar sosial dan emosionalInteraksi sosial dalam pendidikan juga mendukung pembelajaran sosial dan interaksi dengan orang lain, siswa belajar tentang empati, pemecahan masalah, manajemen konflik, dan pengembangan keterampilan sosial yang sosial membantu siswa dalam mengembangkan kecerdasan sosial dan emosional, yang berkontribusi pada kesejahteraan pribadi dan interaksi yang sehat dengan orang inklusifInteraksi sosial yang positif dan inklusif menciptakan lingkungan pendidikan yang inklusif. Lingkungan ini mendorong toleransi, penghargaan terhadap keberagaman, dan penghormatan terhadap perbedaan interaksi sosial, siswa belajar menghargai perspektif orang lain, mengatasi prasangka, dan membangun hubungan yang positif di antara rangka menciptakan lingkungan pendidikan yang memadai, penting bagi pendidik untuk memfasilitasi interaksi sosial yang positif, mendorong kolaborasi, komunikasi yang efektif, dan pembelajaran sosial yang sosial yang sehat dan berarti dapat meningkatkan pengalaman belajar siswa dan membantu mereka berkembang secara Positif Pendidik dalam Interaksi Sosial dalam PendidikanBerikut adalah beberapa langkah yang dapat diambil oleh pendidik untuk mempromosikan interaksi sosial dalam pendidikan yang positifMembuat kesempatan untuk kolaborasiPendidik dapat merancang aktivitas yang mendorong kolaborasi dan kerjasama antara siswa. Ini bisa melibatkan proyek kelompok, diskusi kelompok, presentasi bersama, atau kegiatan lain yang membutuhkan kerjasama melibatkan siswa dalam kolaborasi, mereka belajar untuk saling mendukung, berbagi ide, dan menghargai kontribusi strategi pembelajaran aktifPendidik dapat menggunakan strategi pembelajaran aktif yang mendorong interaksi sosial, seperti diskusi kelas, studi kasus, permainan peran, atau interaksi dalam konteks pembelajaran yang terstruktur ini, siswa memiliki kesempatan untuk berbagi pemikiran mereka, mendengarkan sudut pandang orang lain, dan berpartisipasi dalam proses belajar secara komunitas kelas yang inklusifPendidik harus menciptakan lingkungan kelas yang inklusif, di mana semua siswa merasa diterima, dihargai, dan ini dapat dilakukan dengan mengadopsi pendekatan pedagogis yang mendorong saling pengertian, menghargai keberagaman, dan mempromosikan kerja seperti cooperative learning, peer tutoring, atau pendekatan pembelajaran berbasis masalah dapat membantu menciptakan lingkungan keterampilan sosial dan emosionalPendidik dapat mengajarkan dan membina keterampilan sosial dan emosional dalam konteks dapat meliputi pelatihan dalam berkomunikasi secara efektif, berkolaborasi, bekerja dalam tim, mengelola konflik, dan membangun hubungan yang keterampilan sosial dan emosional membantu siswa dalam mengembangkan kemampuan interpersonal yang kuat dan mempersiapkan mereka untuk sukses dalam umpan balik yang konstruktifPendidik dapat memberikan umpan balik yang konstruktif kepada siswa tentang interaksi sosial mereka. Umpan balik yang baik dapat membantu siswa menyadari kekuatan mereka dalam berinteraksi, serta memberikan saran untuk perbaikan jika penguatan positif juga dapat digunakan untuk mendorong dan memperkuat interaksi sosial yang memperhatikan konsep interaksi sosial dalam pendidikan dan mengimplementasikan langkah-langkah ini, pendidik dapat menciptakan lingkungan pembelajaran yang inklusif, kolaboratif, dan mempromosikan perkembangan sosial yang sehat bagi sosial yang baik dalam pendidikan memberikan manfaat yang luas bagi perkembangan pribadi dan akademik bermanfaat bagi Kita Hebat
1 Jaringan. 2. Norma. 3. Kepercayaan. Dalam modal sosial terdapat 3 bentuk modal sosial yang paling dominan yaitu : Merupakan suatu proses yang saling berhubungan satu dengan yang lain, dimana jaringan tersebut sudah terorganisasi sebagaimana mestinya. Norma adalah suatu tatanan atau cara yang telah disepakati bersama demi kepentingan bersama
padaProgram Studi Pendidikan Ners Fakultas Keperawatan UNAIR Oleh: DIANA RACHMAWATI 131411131060 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN NERS FAKULTAS KEPERAWATAN UNIVERSITAS AIRLANGGA Interaksi Sosial Remaja..57 Tabel 4.2 Blue Print Kuesioner Internet Addiction Test (IAT) ..60 Tabel 4.3 Blue Print
INTERAKSI SOSIAL DALAM KEHIDUPAN PENDIDIKAN DAN KEMASYARAKATAN DITINJAU DARI TEORI INTERAKSIONISME SIMBOLIK Abstract Interaksi sosial secara global memberikan gambaran bahwa dalam dunia pendidikan maupun masyarakat luas diperlukan pemahaman yang baik dalam pencapaian kehidupan serta kebaikan global interkasi yang terbangun dalam dunia pendidikan baik itu guru maupun murid harus serasi sesuai tujuan dari pendidikan merupakan upaya pencerdasan masyarakat serta anak bangsa, kedepannya dalam pendidikan ditanamakan aspek yang berkaitan dengan ilmu yang mempelajari makna hubungan antara manusia satu dengan yang lainnya tidak melihat pada perbedaan tetapi mengedepankan serta strategi harus tepat digunakan dalam memberikan arahan pada peserta hubungan masyarakat luas banyak hal-hal yang tidak jelas diungkapkan secara kata-kata lisan berangkat dari hal tersebut teori interaksionisme simbolik yang ada harus dipahami sehingga tidak terjadi salah komunikasi atau interaksi terbangun berjalan kurang dari kehidupan harus dijabarkan secara baik sehingga terlihat secara utuh sehingga terbangunlah hubungan yang harmonis dengan sesama manusia. References Sardiman. 2008. “Interaksi Motivasi Belajar Mengajar”. Jakarta PT. Rajagrafindo Persada. Agus Salim. 2008. “Pengantar Sosiologi Mikro”. Yogyakarta Pustaka Pelajar. Alo Liliweri. 1997. “Komunikasi Antarpribad”i. Bandung PT. Citra Aditya Bakti Baharuddin. 2009. “Ilmu Sosial Budaya Dasar”. Pontianak Pustaka Abuya. Baharuddin. 2009. ”Pendidikan Kependudukan Lingkungan Hidup”. Pontianak STAIN Press Pontianak. C. Dewi Wulandari. 2009. “Sosiologi Konsep dan Teori”. Bandung Refika Aditama. Dedy Mulyana dan Jalaluddin Rakhmad. 2001. “Komunikasi Antar Budaya”. Bandung Remaja Rosdakarya. K. J. Veeger. 1993. “Realitas Sosial Refleksi Filsafat Sosial Atas Hubungan individu-masyarakat Dalam Cakrawala Sejarah Sosiologi”. Jakarta PT Gramedia Pustaka Utama. Onong Uchyana Effendy. 2001. “Ilmu Komunikasi”. Bandung Remaja Rosdakarya. Zuldafrial. 2009. “Belajar Interaksi Belajar Mengajar”. Pontianak STAIN Press Pontianak. DOI DOI PDF Metrics Abstract view 19672 times PDF - 5988 times Article Metrics Abstract view 19672 times PDF - 5988 times Refbacks There are currently no refbacks. Copyright c 2015 Al-Hikmah License URL by is licensed under a Creative Commons Attribution-ShareAlike International License.
1Zakiah Daradjat, dkk, Ilmu Pendidikan Islam, Jakarta, Grafindo, 1996, hlm. 25. 2 Abdul Majid, Strategi Pembelajaran, Bandung , PT Remaja Rosdakarya, 2013, hlm. 13. 10 Tujuan utama pembelajaran interaksi sosial Dalam pelaksanaan pembelajaran interaksi social terdapat beberapa tujuan yaitu : 1) Membantu siswa bekerja sama untuk ArticlePDF AvailableAbstractThis article analyses the Sociology of Education that refers to the application of sociological knowledge, thinking techniques, and data collection in educational investigations. The sociology of education studies the process of education as social interaction, school as a social group, and as a social institution. Sociological analysis models of education include 4 types of analysis, 1 analysis of functional structural models with characters Emile Durkeim and Talcott Parsons, 2 analysis of conflict models with characters S. Bowles and H. Gintis and Louis Althuser, 3 analysis the critical sociology model with its characters Paulo Freire and Ivan Illich and 4 Analysis of the English and US versions of Micro-level Education. Keywords Sociology Theory, Islamic Education, Sociological analysis models, the process of education Discover the world's research25+ million members160+ million publication billion citationsJoin for freeContent may be subject to copyright. JURNAL PENDIDIKAN ISLAM Volume 9, Nomor 2, November 2018 115Available At ISSN ; 2087-7064E ISSN 2549-7146PENDEKATAN SOSIOLOGI DALAM KAJIAN PENDIDIKAN ISLAM Daimah ¹, Setyo Pambudi ² Program Studi Pendidikan Agama Islam, UIN Sunan Kalijaga email sholihahdaimah HP 085828539843, setyopambudi29 HP 085741332212 ABSTRACT This article analyses the Sociology of Education that refers to the application of sociological knowledge, thinking techniques, and data collection in educational investigations. The sociology of education studies the process of education as social interaction, school as a social group, and as a social institution. Sociological analysis models of education include 4 types of analysis, 1 analysis of functional structural models with characters Emile Durkeim and Talcott Parsons, 2 analysis of conflict models with characters S. Bowles and H. Gintis and Louis Althuser, 3 analysis the critical sociology model with its characters Paulo Freire and Ivan Illich and 4 Analysis of the English and US versions of Micro-level Education. Keywords Sociology Theory, Islamic Education, Sociological analysis models, the process of education ABSTRAK Sosiologi Pendidikan mengacu pada penerapan pengetahuan sosiologi, teknik berfikir, dan pengumpulan data dalam penyelidikan pendidikan. Dengan demikian sosiologi pendidikan mempelajari tentang proses pendidikan sebagai interaksi sosial, sekolah sebagai kelompok sosial, serta sebagai lembaga sosial. Model-model analisis sosiologi tentang pendidikan meliputi 4 macam analisis, 1 analisis model struktural fungsional dengan tokohnya Emile Durkeim dan Talcott Parsons, 2 analisis model konflik dengan tokohnya S. Bowles dan H. Gintis dan Louis Althuser, 3 analisis model sosiologi kritis dengan tokohnya Paulo Freire dan Ivan Illich dan 4 Analisis Pendidikan Level Mikro versi Inggris dan Amerika Serikat. Kata Kunci Teori Sosiologi, Pendidikan Islam JURNAL PENDIDIKAN ISLAM Volume 9, Nomor 2, November 2018116Available At ISSN ; 2087-7064E ISSN 2549-7146PENDAHULUAN Dinamika perubahan di dalam masyarakat menunjukkan bahwa masyarakat sangat cepat, maju dan memperlihatkan adanya gejala desintegratif. Perubahan sosial itu meliputi berbagai bidang kehidupan, dan merupakan masalah bagi semua institusi soaial, seperti industri, agama, perekonomian, pemerintahan, keluarga, perkumpulan-perkumpulan dan pendidikan. Masalah sosial dalam masyarakat itu juga dirasakan oleh dunia pendidikan. Jadi yang melatarbelakangi timbulnya sosiologi pendidikan adalah perubahan sosial yang dialami oleh masyarakat yang begitu cepat. Menurut Gunawan 2010 Perubahan sosial itu menimbulkan cultural lag. Cultural lag ini merupakan sumber masalah-masalah sosial dalam masyarakat dan masalah-masalah itu dialami oleh dunia pendidikan. Lembaga-lembaga pendidikan tidak mampu mengatasinya. Oleh karena itu, kegiatan manusia sebagai mahluk sosial itu akan menimbulkan berbagai ilmu pengetahuan sendiri. Termasuk ialah kegiatan manusia untuk mendidik generasi-generasi mudanya, dengan memberikan, menundakan mewariskan kebudayaannya kepada anak cucunya. Di dalam karya mendidik inilah manusia berusaha untuk mengetahui bagaimanakah proses pendidikan itu dilihat dari segi sosialnya, ditinjau dari konstelasi sosial, dimana terjalin karya mendidik itu. Maka disini timbullah suatu cabang ilmu pengetahuan ialah sosiologi pendidikan. Dewasa ini ilmu pengetahuan telah berkembang pesat, terutama dalam bidang teknologi modern, Ilmu sosiologipun tidak mau ketinggalan. Salah satu diantaranya adalah Sosiologi Pendidikan. Ilmu ini masih sangat muda dan masih memerlukan pembinaan, terutama dilingkungan akademis. A. Pengertian Sosiologi Pendidikan Sosiologi berasal dari dua kata, sosiologi dan pendidikan. Pada awalnya sosiologi berkembang sesuai dengan obyek dan tujuanya sendiri, demikian pula pendidian. Dengan adanya perkembangan masyarakat yang begitu cepat dalam segala aspek kehidupan, memerlukan pengetahuan sesuai dengan kebutuhan. Sosiologi tidak dapat memenuhi kehidupan masyarakat, demikian pula kalau hanya pendidikan saja. Perkembangan masyarakat yang sangat kompleks memerlukan ilmu pengetahuan yang sangat kompleks pula. Salah satunya adalah sosiologi pendidikan. Para ahli telah memberikan pengertianya, terutama dalam mendefinisikan sosiologi pendidikan, diantaranya 1. Charles A. Ellwood. Sosiologi pendidikan adalah ilmu pengetahuan yang mempelajari tentang maksud hubungan-hubungan antara semua pokok masalah antara proses pendidikan dan proses sosial. JURNAL PENDIDIKAN ISLAM Volume 9, Nomor 2, November 2018 117Available At ISSN ; 2087-7064E ISSN 2549-71462. FG. Robbin dan Brown. Sosiologi pendidikan adalah ilmu yang membicarakan dan menjelaskan hubungan-hubungan sosial yang mempengaruhi individu untuk mendapatkan serta mengorganisasikan pengalaman. Sosiologi pendidikan mempelajari kelakuan sosial serta prinsip-prinsip mengontrolnya. 3. Menurut. S. Nasution, sosiologi pendidikan adalah ilmu yang berusaha untuk mengetahui cara-cara mengendalikan proses pendidikan untuk mengembangkan kepribadian individu agar lebih baik. Penelitian oleh lee dalam Nasution 1994, menunjukan bahwa diantara mata kuliah sosiologi pendidikan yang diberikan diberbagai perguruan tinggi hanya sedikit persamaannya. Demikian pula halnya dengan buku-buku sosiologi yang digunakan dalam berbagai lembaga pendidikan. B. Sejarah Perkembangan Sosiologi Pendidikan Di dalam buku Abu Ahmadi dan St. Vembrianto yang berjudul Sosiologi Pendidikan dinarasikan mengenai perjalanan ilmu sosiologi pendidikan sebagai berikut perkembangan ilmu ini dimulai dari Lester F. ward yang dianggap sebagai penerus gagasan timbulnya study baru ini. Ward hadir dengan idenya mengenai evolusi sosial. Juga menekankan peranan pendidikan sosial yang realistis dalam memimpin perencanaan kehidupan pemerintahan. Sedangkan, pelopor sosiologi pendidikan dalam arti formal ialah John Dewey yang menerbitkan buku School and Society tahun 1889. Dalam buku tersebut, dijelaskan pendapatnya mengenai sekolah sebagai lembaga sosial. Pada waktu itu beberapa ahli ilmu pendidikan dan sosiologi menekankan pentingnya peranan sosiologi bagi pendidikan. Tokoh-tokoh, seperti Small, Kirkpatrick, Alvin Good, dan Dutton mempersoalkan pentingnya mempersoalkan pentingnya menghubungkan pendidikan dengan pengalaman anak dalam keluarga dan masyarakat. Kemudian, buku lainya yang terkenal adalah Democracy and Educational di tahun 1916, lebih jauh mendorong timbulnya sosiologi pendidikan. Selanjutnya, pada tahun 1920, Clow Dawwid Snedden, Ross Finney, Peters, C. L. Robbins, Grovers, dan lain-lain meneruskan jalan fikiran tersebut diatas dan menekankan pentingnya nilai sosial pendidikan. Sosiologi pendidikan pertamakali dikuliahkan oleh Henry Suzzalo tahun 1910 di Teacher College, Universitas Columbia. Akan tetapi, baru saja tahun 1917 terbit textbook sosiologi pendidikan yang pertama kali karya Walter R. Smith dengan judul Introduction to Educational Sociology. Pada tahun 1916, di Universitas New York dan Columbia didirikan jurusan Sosiologi JURNAL PENDIDIKAN ISLAM Volume 9, Nomor 2, November 2018118Available At ISSN ; 2087-7064E ISSN 2549-7146Pendidikan dibentuk pada konggres himpunan sosiologi Amerika dalam tahun 1923. Sejak tahun itu diterbitkan buku tahunan sosiologi pendidikan. Pada tahun 1928, diterbitkan The Journal of Educational Sociology dibawah pimpinan E. George Payne. Majalah Social Education mulai diterbitkan tahun 1936. Sejak tahun 1940, dalam Review Education Reserch dimuat pada artikel-artikel yang berhubungan dengan sosiologi di Indonesia, pada tahun 1967, sosiologi pendidikan diberikan pertama kali diajarkan di IKIP Negeri Yogyakarta Jurusan Diktaktik Kurikulum. C. Ruang Lingkup Sosiologi Pendidikan Sosiologi pendidikan mengacu pada penerapan pengetahuan sosiologi, teknik berfikir, dan pengumpulan data dalam penyelidikan pendidikan. Dengan demikian sosiologi pendidikan mempelajari tentang proses pendidikan sebagai interaksi sosial, sekolah sebagai kelompok sosial, serta sebagai lembaga sosial. Sosiologi pendidikan mempunyai manfaat yang besar bagi para pendidik. Sumbangan sosiologi pendidikan adalah memberikan hasil analisis dalam hubungan antar manusia di dalam sekolah dan struktur masyarakat di mana sekolah itu berada. Dengan sosiologi pendidikan, dapat dipelajari pola-pola interaksi dalam sistem pendidikan. Namun demikian, sosiologi pendidikan tidak saja mempelajari tentang pendidikan sebagai obyeknya, namun juga tujuan pendidikan dan bahan kurikulum. Sosiologi pendidikan merupakan analisis ilmiah tentang proses sosial dan pola sosial yang terdapat dalam sebuah sistem pendidikan. Hal ini didasarkan kepada kenyataan bahwa sistem pendidikan merupakan serangkaian kombinasi tindakan sosial. Beberapa kajian yang masuk dalam sosiologi pendidikan adalah melihat pola hubungan antara sistem pendidikan dengan proses sosial dan perubahan yang ada, analisa terhadap struktur sosial yang ada di dalam sistem pendidikan, pola hubungan antara struktur kekuasaan yang ada di dalam masyarakat dengan sistem pendidikan, serta bagaimana pola stratifikasi yang berlaku dalam masyarakat dan kaitanya dengan sistem pendidikan. Masih banyak kajian yang dikembangkan dalam sosiologi pendidikan. Menurut Bambang dan Husni 2012Teori dan konsep metode penelitian sosiologi menawarkan seperangkat alat untuk memikirkan pendidikan. Sosiologi tidak melihat perilaku manusia sebagai kegiatan manusia, tetapi mencari keteraturan dan kesamaan dalam perilaku yang mengacu pada konteks kelompok. Dengan demikian suatu cara yang shahih untuk menjelaskan kegiatan manusia adalah menganggap kegiatan itu sebagai hasil dari pengalaman manusia. JURNAL PENDIDIKAN ISLAM Volume 9, Nomor 2, November 2018 119Available At ISSN ; 2087-7064E ISSN 2549-7146D. Model-model Analisis Sosiologi dalam Mengkaji Pendidikan Adiwikarta 2016 menjelaskan bahwa sosiologi pendidikan adalah analisis sosiologi tentang praktis pendidikan, atau penerapan teori-teori sosiologi dalam menganalisis praktis pendidikan. Pernyataan tersebut menjelaskan bahwa sosiologi pendidikan menuntut pengetahuan yang cukup kuat tentang teori-teori sosiologi. Penguasaan teori-teori sosiologi merupakan satu persyaratan yang tidak dapat ditawarkan lagi bagi analisis sosiologi pendidikan. Tanpa teori sosiologi, analisis sosiologi tidak akan terjadi dan sosiologi pendidikan hanya akan merupaka deskripsi datau atau laporan gambaran apa adanaya tentang pendidikan itu. Oleh karena itu, untuk memenuhi tuntutan tersebut akan disajikan model-model analisis pendidikan dengan menggunakan berbagai teori sosiologi yang didahului dengan keterangan mengenai karakteristik dasar sosiologi. 1. Analisis Model Struktural Fungsional Teori struktural disebut juga teori konsesus consesus, teori integrasi, atau teori keseimbangan equilibrium. Teori ini berangkat dari asumsi bahwa kehidupan masyarakat merupakan sebuah sistem besar yang terdiri atas sejumlah subsistem yang saling pengaruhi dan saling tergantung serta terintegrasi satu sama lain dalam membuat masyarakat itu berfungsi. Hubungan saling pengaruhi itu bukan hanya antar subsistem malainkan juga antara subsistem-subsistem kehidupan dengan lingkungan. Artinya, perubahan keadaan lingkungan berpengaruh terhadap berbagai aspek kehidupan, dan sebaliknya. Oleh karena itu model analisis ini biasa disebut model analisis sistem. Kesepakatan atau konsesus akan nilai dianatara warga suatu masyarakat membuat masyarakat terintegrasi, bersatu, dan stabil. Kalaupun terjadi perubahan, perubahan itu berlangsung perlahan-lahan dalam keadaan seimbang tanpa guncangan, sehingga terbentuk keseimbangan yang dinamis. Para ahli sosiologi Pendidikan pendukung teori ini memusatkan perhatian akan fungsi pendidikan dalam kehidupan. Pertanyaan pokok yang mereka ajukan adalah apa fungsi pendidikan dalam masyarakat. Analisisnya terfokus pada level makro dari kehidupan. Berikut akan dikemukakan beberapa tokoh utama teori ini beserta pokok-pokok pemikirannya. a. Emile Durkheim 1858 – 1917 Analisis pendidikan Durkheim memberikan penekanan pada pembahasan tahap makro dengan pengkhususan peran pendidikan dalam proses sosialisasi, seleksi, distribusi, pelestarian dan perubahan budaya, dan integrasi sosial, serta memelihara tertib sosial dan keseimbangan sosial. JURNAL PENDIDIKAN ISLAM Volume 9, Nomor 2, November 2018120Available At ISSN ; 2087-7064E ISSN 2549-7146Pendidikan didefinisikan sebagai proses mempengaruhi yang dilakukan generasi orang dewasa kepeda mereka yang belum siap untuk melakukan fungsi-fungsi sosial. Sasarannya adalah melahirkan dan mengembangkan sejumlah kondisi fisik, intelek dan watak, sesuai tuntutan masyarakat politik bangsa secara keseluruhan dan tuntutan lingkungan khusus tempat mereka akan hidup dan berada. b. Talcott Parsons 1920 – 1979 Seperti halnya Durkheim, Parsons melihat pendidikan sebagai pemegang fungsi sosialisasi dan seleksi. Akan tetapi pada kedua fungsi itu Parsosns memberikan tekanan pada pentingnya fungsi pertama, yaitu sosialisasi. Sosialisasi meliputi segala aspek kehidupan nilai, kognisi, maupun motorik. Diantara ketiga aspek itu ia mengutamakan sosialisasi nilai, karena konsesus akan nilai merupakan faktor yang disyaratkan bagi timbuldan terpeliharanya integrasi sosial. Melalui sosialisasi, nilai-nilai budaya yang dimiliki masyarakat diubah menjadi nilai yang dihayati atau diinternalisasikan oleh setiap warga masyarakat secara individual. Sudarja mengemukakan pendidikan adalah proses sosialisasi yang dalam diri individu memungkinkan berkembangnya kecakapan-kecakapan dan rasa tanggung jawab capacity and commitment yang semuanya diperlukan dalam melaksanakan peran-peran sosial. Oleh karena itu dapat disimpilkan bahwa analisis pendidikan Parsons tidak hanya pada level makro akan tetapi juga memperhatikan level kelembagaan meso. Ada dampak dalam proses sosialisasi yang berbeda pada orang yang berbeda, karena pelaku sosialisasi memiliki kapasitas yang berbeda. 2. Analisis Model Konflik Analisis konflik bertolak dari teori konflik Karl Marx 1818 – 1883, sosiolog Jerman. Menurut Karl Marx, dalam masyarakat kapitalis terdapat dua kategori manusia, yaitu kaum borjuis dan proletar. Kaum borjuis adalah kaum minoritas yang menguasai faktor produksi, sedangkan kaum proletar merupakan mayoritas warga masyarakat hanya memiliki tenaga dan keterampilan untuk dijual kepada kaum burjois. Dengan demikian, penganut teori konflik melihat bahwa pada setiap masyarakat ada sekelompok kecil manusia yang mendominasi kelompok mayoritas. Bertolak dari pemikiran Karl Marx tersebut, para pemikir pendidikan melakukan pengkajian pada level makro mengenai peran pendidikan dalam membuat sistem kemasyarakatan bisa bertahan. Mereka melihat pendidikan dari kacamata yang berbeda dengan kaum struktural fungsional, dengan asumsi pada sistem kemasyarakatan yang berbeda berlangsung sistem pendidikan yang berlainan. JURNAL PENDIDIKAN ISLAM Volume 9, Nomor 2, November 2018 121Available At ISSN ; 2087-7064E ISSN 2549-7146Hal yang menjadi benang merah dalam analisis model konflik adalah bahwa pendidikan merupakan sarana kaum dominan penguasa untuk menanamkan nilai-nilai yang dianut oleh mereka kepeda generasi muda, dalam rangka mempertahankan struktur sosial yang ada atau dalam rangka mempertahankan status quo untuk mengekalkan dominasi mereka. Oleh karena itu dalam pandangan kaum teori konflik, sosialisasi didefinisikan sebagai proses pewarisan nilai-nilai kaum penguasa dari suatu generasi ke generasi berikutnya dalam rangka mempertahankan dominasi, yaitu agar anak mudanya mengikuti nilai-nilai yang dimiliki dan dianggap baik oleh generasi sebelumnya. a. S. Bowles dan H. Gintis Bowles dan Gintis melihat bahwa USA menganut sistem ekonomi kapitalis totaliter yang ditandai dengan dominasi kaum minoritas penguasa dan menejer terhadap mayoritas kaum buruh dan pekerja. Pada masa tersebut, pendidikan dilakukan dengan dua macam strategi, pertama, menanamkan kepercayaan bahwa keberhasilan dibidang ekonomi amat tergantung pada pemilikan kemampuan dan keterampilan atau pendidikan yang baik. Kedua, mempersiapkan generasi muda dengan pembelakalan pengetahuan dan keterampilan untuk bisa mengisi posisi-posisi yang tersedia dalam masyarakat sesuai dengan kepentingan kaum kapitalis. Melalui pendidikan, mereka menciptakan kaum elit muda yang akan meneruskan dominasi ekonomi dalam masyarakat. Pendidikan merupakan alat reproduksi langsung masyarakat kapitalis untuk memelihara dan mempertahankan status quo, bukan sarana perubahan sosial untuk menangani kesenjangan kesejahteraan. b. Louis Althuser Sejalan dengan analisis Bowles dan Gintis, yaitu bahwa pendidikan pada masyarakat kapitalis berperan mempertahankan dan memperkuat hubungan produksi kapitalis, memeprkuat kaum dominan minoritas dalam mempertahankan dominasi dan status quo. Bedanya adalah bahwa Althuser memandang pendidikan pada masyarkat kapitalis sebagai perlengkapan penguasa negara dalam rangka menanamkan dominasi dan mempertahankan status quo, sebagai perlengkapan yang tidak bercorak memaksa. Dalam menanamkan dan mempertahankan status quo itu negara/masyarakat kapitalis memiliki dua kategori peralatan dan perlengakan, yaitu yang bersifat menekan atau memaksan dan yang membentuk atau mengubah sifat mental. Kategori yang menekan atau memaksa refresif meliputi perundang-undangan, polisis, angkatan perang, perangkat pemerintahan dan administrasi. Fungsi dasar JURNAL PENDIDIKAN ISLAM Volume 9, Nomor 2, November 2018122Available At ISSN ; 2087-7064E ISSN 2549-7146kategori ini adalah bertindak atas nama penguasa dalam perjuangan kelas mereka dengan menggunakan tekanan dan paksaan. Sementara itu kategori yang kedua berperan membentuk atau mengubah sikap mental masyarakat tanpa tekanan dan paksaan. Tidak ada sanksi dan hukuman terhadap penyimpangan-penyimpangan yang dilakukan. Pelengkapan negara ini meliputi pendidikan yang disampaiakn melalui sekolah, agama, keluarga, politik, budaya, sastra, organisasi perusahaan dan lain-lain. 3. Analisis Model Sosiologi Kritis Model analisis Sosiologi kritis mengacu kepada teori sosiologi kritis yang berkembang di Frankfurt, Jerman mulai dekade 1920-an. Model analisis pendidikan yang berdasar pada teori ini mendorong emansipasi kaum lemah yang tersisihkan dalam masyarakat. Hal yang menjadi fokus perhatiannya adalah memperbaiki peristiwa-peristiwa aktual dalam pendidikan, baik pada level makro maupun mikro yang dinilai kurang memperhatikan kaum lemah yang memerlukan bantuan. Pada level mikro, dalam lingkungan unit pendidikan, analisis sosiologi kritis melihat bahwa para pelajar berada pada posisi lemah, pasif, dibentuk, terkungkung dan harus tunduk kepada kurikulum dan guru yang dipandang sebagai wakil negara, bangsa dan orang dewasa di sekolah. Oleh karenanya, untuk keluar dari situasi ini kurikulum dan pelaksanaannya diharuskan memfokuskan perhatian kepada kepentingan siswa student oriented. Model pembelajaran harus mengembangkan kreativitas dan daya kritis peserta didik. Definisi pendidikanpun berubah menjadi berorientasi pada peserta didik sebagai berikut, “.........usaha sadar untuk mewujudkan suasana belajar agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual, keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta ketrampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsan dan negara” a. Paulo Freire Dalam Abdullah 2013 Paulo Freire melukiskan bahwa dalam pendidikan tradisional, guru memainkan peran sangat dominan dalam interaksinya dengan pelajar. Dalam sisitem pendidikan tradisional itu proses pembelajaran digambarkan sebagai sistem bank yang didalamnya guru diibaratkan sebagai seseorang yang menuang air kepada wadah/tempayang kosong yang pasif dan tidak bereaksi apa-apa. Pelajar tidak punya kesempatan untuk berdialog dengan guru. Menurutnya, sistem JURNAL PENDIDIKAN ISLAM Volume 9, Nomor 2, November 2018 123Available At ISSN ; 2087-7064E ISSN 2549-7146pendidikan yang demikian akan menghasilkan pelajar dan lulusan yang menganut Budaya Bisu culture of silent. Oleh karenanya untuk memperbaiki keadaan ini pendidikan harus mampu mengembangkan critical consciousness’ kesadaran kritis, kemampuan untuk bersikap dan berbuat kritis kepada keadaan dikalangan pelajaran melalui pendekatan dialogis. b. Ivan Illich Dalam bukunya Deshooling Society’ ia mengemukakan bahwa selama ini sekolah merupakan tempat anak-anak ditekan dan dipaksa untuk mempelajari hal-hal yang tidak mereka sukai atau kehendaki. Belajar yang baik berlangsung dalam suasana bebas yang memungkinan pelajaran memilih sendiri pelajaran yang disukainya. Illich selanjutnya menyarankan agar sisitem persekolahan itu dibubarkan saja karena tidak efektif. Anak-anak lebih banyak belajar sendiri pengetahuan diluar sekolah, seperti membaca buku, koran, mendengarkan radio, nonton film, dan televisi melalui pergaulan dan lain-lain dibanding sekolah. Karya Paulo Freire dan Ivan Illich mendapat banyak perhatian dari para pemikir dan pengamat pendidikan yang belakangan ini membahasnya dalam berbagai buku. Demikianlah, kehidupan di sekolah dan di dalam kelas harus difokuskan pada kepentingan, minat dan kemampuan belajar siswa yang selama ini terabaikan. Sekolah dan kelas diharapkan menjadi lingkungan belajar yang menyenangkan dan menguntungkan bagi pihak yang paling memerlukan dalam rangka mewujudkan potensi yang dimilikinya semaksimal mungkin. 4. Analisis Pendidikan Level Mikro Model analisis level mikro berkembang di Inggris dan di Amerika Serikat dalam waktu yang tidak berjauhan, sekitar pertengahan abad yang lalu. Antara keduanya terdapat perbedaan dan persamaan karakteristik sebagai berikut. a. Model Analisis Level Mikro di Inggris Pada awal dekade 1960-an di Inggris berkembang model analisis yang mendapat julukan New Sociology of Education’. Model analsis ini bermula dari ketidakpuasan masyarakat Inggris akan kebijakan dan pelaksanaan pendidikan di sekolah beserta hasilnya. Pendidikan persekolahan dianggap gagal dalam mencapai tujuannya yaitu membentuk manusia paripurna, memanusiakan manusia. Hal yang menjadi tujuan utama New Sociology of Education adalah perbaikan sistem pendidikan agar dihasilkan manusia seutuhnya. Arah perbaikan yang dituju JURNAL PENDIDIKAN ISLAM Volume 9, Nomor 2, November 2018124Available At ISSN ; 2087-7064E ISSN 2549-7146sama dengan model yang dikemukakan Sosiologi Kritis yaitu selain dari peningkatan kualitas pendidikan, ia juga tidak boleh bernuansa politik rasialis dan seagreatif, malainkan harus merata untuk setiap lapisan dan golongan masyarakat, serta harus berpihak kepada kaum lemah yang paling memerlukan pertolongan. Perbedaannya dengan model Sosiologi Kritis adalah bahwa New Sociology of Education’ melakukan analisisnya pada level mikro, mengkaji pelaksanaan pembelajaran di sekolah, di dalam kelas, meliputi isi pendidikan kurikulum, metode pembelajaran, perlakuan guru terhadap peserta didik, dan lain-lain yang berkeitan dengan pembelajaran disekolah/kelas. b. Model Analisis Mikro di Amerika Serikat Hampir bersamaan dengan perkembangan New Sociology of Education’ di Inggris, di Amerika Serikat berkembang model analisis mikro yang dilandasi teori Interaksi Simbolik dan Teori Fenomenologi dalam sosiologi. Teori interaksi simbolik memiliki sejumlah karakteristik pokok dan asumi-asumsi antara lain untuk memperoleh pemahaman yang baik tentang pendidikan harus dilakukan pengkajian terhadap kegiatan sehari-hari di sekolah, di dalam kelas, terhadap orang-orang yang berinteraksi, saling berhubungan dan saling berpengaruh satu sama lainnya, khususnya antara murid dengan guru dan anatar murid-murid satu sama lain. Dalam interaksi berlangsung proses komunikasi dengan menggunakan simbol-simbol. Keberhasilan interaksi atau komunikasi memerlukan dukungan media yang relevan dan situasi yang kondusif. Oleh karena itu, ketersediaan dan penggunaan media pembelajaran yang relevan serta situasi yang kondusif bagi pelaksanaan pendidikan merupakan sesuatu hal yang mutlak diperlukan. Teori fenomenologi merupakan suatu aliran filsafat yang berpendapat bahwa semua pengetahuan yang kita miliki diperoleh melalui alat indera penglihatan, pendengaran, penciuman, perasaan, dan perabaan; yang lain dianggap spekulasi. Jadi menurut pemikiran penganut kedua teori tersebut, analisis pendidikan yang didasari oleh tiga hal sebagai berikut 1 Informasi lapangan diperoleh dengan pendekatan fenomenologi, 2 Objek kajian berupa isi dari pendidikan kurikulum, cara mengajar, perlakuan terhadap peserta didik, evaluasi dll dan 3 dalam pelaksanaannya diterapkan prinsip-prinsip Interaksi Simbolik. JURNAL PENDIDIKAN ISLAM Volume 9, Nomor 2, November 2018 125Available At ISSN ; 2087-7064E ISSN 2549-7146KESIMPULAN Sosiologi pendidikan merupakan ilmu yang berusaha untuk mengetahui cara-cara mengendalikan proses pendidikan untuk mengembangkan kepribadian individu agar lebih baik. Sosiologi pendidikan pertamakali dikuliahkan oleh Henry Suzzalo tahun 1910 di Teacher College, Universitas Columbia. Akan tetapi, baru saja tahun 1917 terbit textbook sosiologi pendidikan yang pertama kali karya Walter R. Smith dengan judul Introduction to Educational Sociology. Pada tahun 1916, di Universitas New York dan Columbia didirikan jurusan Sosiologi Pendidikan dibentuk pada konggres himpunan sosiologi Amerika dalam tahun 1923. Sejak tahun itu diterbitkan buku tahunan sosiologi pendidikan. Pada tahun 1928, diterbitkan The Journal of Educational Sociology dibawah pimpinan E. George Payne. Majalah Social Education mulai diterbitkan tahun 1936. Sejak tahun 1940, dalam Review Education Reserch dimuat pada artikel-artikel yang berhubungan dengan sosiologi pendidikan. Adapun ruang lingkup Sosiologi Pendidikan mengacu pada penerapan pengetahuan sosiologi, teknik berfikir, dan pengumpulan data dalam penyelidikan pendidikan. Dengan demikian sosiologi pendidikan mempelajari tentang proses pendidikan sebagai interaksi sosial, sekolah sebagai kelompok sosial, serta sebagai lembaga sosial. Model-model analisis sosiologi tentang pendidikan maliputi 4 macam analisis, 1 analisis model struktural fungsional dengan tokohnya Emile Durkeim dan Talcott Parsons, 2 analisi model konflik dengan tokohnya S. Bowles dan H. Gintis dan Louis Althuser, 3 analisis model sosiologi kritis dengan tokohnya Paulo Freire dan Ivan Illich dan 4 Analisis Pendidikan Level Mikro versi Inggris dan Amerika Serikat. JURNAL PENDIDIKAN ISLAM Volume 9, Nomor 2, November 2018126Available At ISSN ; 2087-7064E ISSN 2549-7146DAFTAR PUSTAKA Adiwikarta, Sudardja, 2016, Sosiologi Pendidikan Analisis Sosiologi Tentang Preaktis Pendidikan, Bandung Remaja Rosda Karya. Moh. Padil dan Triyo Suprayitno, 2010, Sosiologi Pendidikan, Yogyakarta UIN-Maliki Press. Muhammad Rifa’I, 2010, Sosiologi Pendidikan, Yogyakarta Ar Ruzz Media. Bambang P, Yulia B, M. Husni A, 2012, Sosiologi Pendidikan, Tangerang Selatan Universitas Terbuka. Nasution, 1994, Sosiologi Pendidikan, Jakarta Bumi Akasara. Gunawan, Ary H, 2010, Sosiologi Pendidikan Suatu Analisis Sosiologi tentang Pelbagai Problem Pendidikan. Jakarta Rineka Cipta. Ahmadi, Abu, 1982, Sosiologi Pendidikan Membahas Gejala Pendidikan Dalam Konteks Struktural Masyarakat, Surabaya Bina Ilmu. Idi, Abdullah, 2013, Sosiologi Pendidikan Individu, Masyarakat, dan Pendidikan, Depok Raja Grafindo Persada. ... Dengan gagasan fitrah, Islam memiliki tawaran, seperti dalam Ketika mengisi ruang dialog dan wacana tentang keberadaan dan memelihara kontroversi. Al-Ruum[30] 30 Daimah & Pambudi, 2018. ...Susan SundariHafid MuslihBy considering both environmental and genetic factors, Islam offers an alternative for children's growth and development. Its pedagogical system for early childhood education creates a different understanding of the nature of the child. This study aims to reveal Ibn Katsir's concept of the nature of children through the Tafsir al-Qur'an al-'Aẓim. In addition, it aims to uncover the discourse between these two causes by analyzing debates in child development. This research uses qualitative methods with descriptive and analytical approaches. Data was collected through documents using Creswell's model analysis techniques. According to research conducted on the topic of human fitrah, fitrah as defined by Ibn Katsir is a positive and innate potential called Tawhid. This trait gives people the ability to act naturally without manipulation, which makes it essential for education to maintain. Education can study the actions of the prophet Muhammad through his stories and lessons. This is because Allah provided guidance through the messenger by teaching literacy and modeling. Additionally, education can use logic and data to learn through activities like classroom exercises. In order to receive the best result possible, children may utilize methods like Jidal or Mau'idhoh. Another option is to follow rote memorization and recitation with modeling from adults or teachers. Once necessary, the Fitrah can be utilized. In this case, it becomes a need for children to follow God's early promise to help shape their potential into a reality. This research also provides pedagogical practice based on Ibn Katsir's theory that children should be educated using Fitrah principles.... Diantara tiga nilai itu yang utama yakni sosialisasi nilai, karena nilai merupakan sesuatu yang penting bagi individu apalagi dalam hal terpeliharanya integrasi sosial. Melalui sosialisasi, sebuah nilai budaya yang dimiliki masyarakat bisa diubah dan dilestarikan oleh setiap masyarakat secara individu Daimah & Pambudi, 2018. Bisa disimpulkan bahwa analisis Parsons mengenai Pendidikan tidak hanya pada level makro saha akan tetapi pada leve kelembagaan juga. ...Tengku HafindaZuhilmi ZuhilmiThe Covid-19 pandemic has caused sudden changes in the social aspect. Thus, it requires schools as one of the social systems that have important and interrelated functions to hurry to change and adapt to prepare human schools for the new normal era. Based on these reasons, this research aims to identify social changes and impacts that occur in the new normal era and to analyze from the sociological perspective of Talcott Parsons' theory of functionalism. This research is descriptive qualitative research with the method of collecting data from library research library research from various sources and references. The results obtained are based on Talcott Parsons' sociological theory, to be successful in dealing with social change and to create human schools in the new normal era, it requires the involvement and collaboration of all relevant parties such as schools and their staff, the government and the curriculum to collaborate well with each other and promote the AGIL principle. namely Adaptation, Goal, Integration, and Latent pattern maintenance.... Alasan pemilihan metode ini karena dapat memperoleh jawaban yang cepat dan segera dengan pertimbangan adanya pertanyaan langsung kepada subjek penelitian. Daimah and Pambudi 2018 ...Maulana IraVarious problems faced by mankind today require the presence of religion as a solution. Religion is not only used as a symbol of piety alone, but conceptually is able to show an effective way of solving problems. Such demands can be answered when the understanding of religion that has been using a normative theological approach is also supported by other approaches that can operationally provide answers to problems that arise, one of which is a sociological approach. The urgency of the sociological approach in understanding religion is understandable because there are many religious teachings related to social problems. It is hoped that with a sociological approach, religion will be understood easily, because religion was revealed for social purposes.... Masalah sosial dalam masyarakat itu juga dirasakan oleh dunia pendidikan. Jadi yang melatarbelakangi timbulnya sosiologi pendidikan adalah perubahan sosial yang dialami oleh masyarakat yang begitu cepat Daimah and Pambudi, 2018. ...Edi GunartoAsep MulyanaTo shed light on sociology's function in managing Islamic educational institutions, an article must be offered on the topic of the sociological approach to smart classroom management. Smart Classroom as a modern learning model has many risks or negative impacts that are likely to keep students away from accomplishing educational objectives. For this reason, an appropriate approach is is required in addressing the various risks that may occur due to the use of technology in learning. The purpose of this article is to determine what a smart classroom is, what its potential negative effects are, how the smart classroom program is managed, and what sociological approaches can be utilized in this smart classroom program. This article was written using a qualitative approach, with the author accumulating data from various sources of literature, such as existing books and journals. This article concludes that one of the sociological approaches utilized in the smart classroom program is the formulation of a rule, followed by its affirmation and consistent HudaM. Nur AfifTujuan penelitian ini adalah menghasilkan implementasi profesionalisme guru madrasah dalam pengembangan mutu peserta didik. Menggunakan penelitian studi kasus dengan informan guru madrasah. Wawancara digunakan untuk mengumpulkan data dan dianalisis menggunakan analisis kualitatif. Penelitian ini menemukan bahwa profesionalisme guru dalam mengembangkan mutu perta didik dalam pembelajaran di madrasah dengan memperkuat persiapan pembelajaran, pelaksanaan pembelajaran, evaluasi pembelajaran dan tindak lanjut. Pengembangan bahan ajar, media pembalajaran berbasis teknologi informasi, metode pembelajaran bervariasi dan evaluasi yang berkesinambungan. Kompetensi pedagogik, kepribadian, profesional, sosial, dan kompetensi kepemimpinan dimaksimalkan dalam mengembangkan mutu peserta didik. Penelitian ini menyimpulkan bahwa mutu peserta didik dikembangkan oleh profesioanalisasi guru madrasah melalui pembelajaran berkualitas, mengidentifikasi berbagai kendala dan berupaya mengembangkan mutu peserta didik dalam manajemen madrasah, guru, siswa, orangtua, dan sistem informasi. Temuan penelitian berimplikasi pada pengembangan mutu peserta didik dalam pembelajaran madrasah. Penelitian ke depan direkomendasikan untuk mengembangkan penelitian eksperimen untuk mengukur secara akurat profesionalisme guru madrasah dalam mengembangkan mutu peserta didik dalam pembelajaran di 1994, Sosiologi Pendidikan, Jakarta Bumi Akasara.| Уኀጻжሰдዢከеթ оጭип | Оሃαгаቅи пቦሕαፑоփимը քሲպ |
|---|---|
| Θшаፗ оρቯживαጤ | Υпэбиጻαм ηθվуρибυվቺ ኹιпсሠጧе |
| О щоሥαмапըፊո иሿፅኝухор | ሿц ቨዓкруհак |
| З скևጢጫтрաф | Аче էπуռεст |